Dengan demikian, agama mempunyai keterbatasan yang cukup mencolok seperti disebutkan dalam kitab2 suci Al-Quran dan Injil. Misal dalam Al-Quran ditandaskan bahwa apabila semua ajaran Allah SWT dituliskan, maka tinta sebanyak samudera rayapun tidak akan mencukupi. Demikian pula dengan Injil yang menandaskan apabila semua ajaran Isa Almasih dituliskan maka dunia beserta isinya pun tidak akan bisa memuat. *Dikatakan bahwa Allah adalah Maha Besar atau Maha TAK TERBATAS; mana mungkin sesuatu yang Tak Terbatas (Allah, milyaran tahun) cukup dijelaskan oleh satu orang saja yang SANGAT TERBATAS (para nabi, yang umurnya mencpai k.l. 80 tahun). Jika Allah itu dari minus tak terhingga (alpha, tak tahu kapan awalnya) dan berakhir di plus terhingga (omega, tak tahu kapan berakhirnya), maka seorang manusia yang hidup di suatu range (daerah) umur yang sangat terbatas (katakan 80 tahun) adalah tidak mungkin menjelaskan secara tuntas sesuatu yang tak terhingga (milyaran tahun). Bumi dan universe sudah milyaran tahun, dan masih milyaran tahun lagi, maka seribu, sejuta atau bahkan semilyar nabi disertai ilmuwan tidak akan pernah selesai mempelajari universe dan Allah! Jadi, ke" "Mahabesaran Allah" tidak mungkin cukup diwadahi dalam buku setebal/setipis kitab suci. Ke "Mahabesaran Allah"* juga tercermin pada luas dan dalamnya ilmu pengetahuan. Pemahaman akan Allah belum selesai dan tidak akan pernah selesai. Banyak orang bijak berkata: *bukan agama yang dicari, melainkan kitab sucinya sebagai sumber agama yang dicari dan bukan kitab suci yang sangat terbatas itu yang dicari melainkan kebenaran atau Allah yang selalu dicari* Kitab suci (yang tipis sekali) beserta para nabinya adalah sangat terbatas seperti ditandaskan sendiri dalam ayat2 nya seperti telah diuraikan diatas. Disamping itu, para nabi tsb. hidup dimasa lampau dan singkat (puluhan tahun), sedangkan Allah beserta kebenaran-Nya adalah tidak terbatas waktu dan tempat serta mengacu kemasa depan (s/d saat ini saja, *bumi diduga sudah 13 milyaran tahun umurnya). Sebagai gambaran KEMAHABESARAN ALLAH*; Seorang ahli komputer merumuskan suatu hukum yang disebut hukum *"Moore"*; ia menyatakan bahwa *setiap delapan belas bulan akan terjadi lompatan teknologi dibidang teknologi informasi*. Ia benar, ternyata komputer berkembang dari XT, AT, …., Pentium 4; demikian pula software: dari DOS, Windows 98_, _Windows XP. Manusia pun terus berkembang, dari jaman batu s/d jaman ini yang ditandai teknologi informasi dan rekayasa genetika_. _Ilmu Fisika tidak hanya berhenti pada hukum gravitasi Newton, melainkan terus berkembang misalnya teori relativitas Einstein, teori big- bang, teori fusi, cloning, nano technology, dst_. _Buku ensiklopedi yang ber-jilid2 dan tebal sekali, setiap tahun harus di up-date, mengingat hampir setiap hari ada penemuan baru di laboratorium riset di seantero dunia_. _Kalau ilmu pengetahuan, komputer berikut softwarenya, dan ensiklopedi beserta manusia penciptanya saja berkembang terus menerus dan secara cepat, apalagi Allah YME_ _Oleh sebab itu, Allah beserta kebenaran-Nya adalah dinamis, bukan statis, serta lebih banyak bergerak mengacu ke masa depan, dan tidak terlampau sering menoleh kebelakang; dengan demikian Allah adalah bukan milik atau dominasi sesuatu agama (yang seolah-olah hanya berbasis sesaat dimasa lampau), melainkan milik ruang dan waktu yang tidak terbatas dan tidak terhingga_. _Agama yang baik akan selalu ingin mencari tahu rahasia Allah yang belum terkuak; bukannya terus-menerus membelenggu, membatasi atau melecehkan Allah dengan mengatakan_: _Untuk mempelajari dan menghapalkan ke Maha Besaran Allah yang Tak Terbataskan, cukup melalui satu buku tipis saja yang disebut kitab suci; Allah itu cukup PC XT titik (statis) bukan Pentium 5 beserta penerusnya (Pentium X, dinamis, tak tahu s/d seri berapa nanti)_. _*Allah itu cukup DOS bukan Windows XP, Allah itu cukup jaman dulu dan tidak punya masa depan*_. _Agama yang negatip hanya berkutat pada nabi2 nya yang sudah dahulu kala, dan menganggap pemahaman terhadap Allah sudah dianggap selesai_. _Kemudian nabi utamanya begitu di-besar2 kan seringkali melebihi Allah itu sendiri, sehingga agama menjadi Maha Tak Terbatas (mengenal Allah cukup dengan belajar satu agama saja)*, _sedangkan Allah menjadi Maha Terbatas (cukup dijelaskan oleh satu kitab suci setebal kurang lebih 1000 halaman). Pusat ibadat dan puja-puji lalu diarahkan kepada nabi2 nya. Umat beragama lalu malas membaca hal2 yang baru terutama science, sehingga menjadi terbelakang dalam berbagai segi kebudayaan_. _Agama ditilik dari sisi organisasi dapat berbeda tujuan dengan kitab suci sumber agama itu sendiri. Kitab suci sudah menandaskan dan menyadari keterbatasan dirinya (buku setipis itu), dan KETIDAK terbatasan Allah; sedangkan agama dilihat dari sisi organisasi, terus menerus mengatakan_ *“Pelajaran tentang Allah sudah selesai, yaitu Kitab suci KITA, jadi jangan membaca kitab suci yang LAIN, apalagi pindah agama, tetaplah taat-setia kepada agamamu (=KAMI, para pengurus organisasi agama)”*. _Oleh agama yang statis-beku-kaku, kita bagaikan diminta untuk terus menerus menggunakan komputer XT dengan DOS, dan dilarang mempelajari atau menggunakan komputer Pentium 5 dengan WINDOWS XP atau LINUX, kita bagaikan diminta untuk terus menerus mempelajari hukum Newton, dan dilarang mempelajari fisika modern_. _Jadi, agama yang kaku, beku, statis justru membatasi Allah dan membatasi sesama manusia (ter-sekat2 atas nama agama) serta justru dapat menjadi sumber krisis kebudayaan_. _*Agama yang baik diharapkan menghasilkan manusia yang religius,* sekaligus cerdas dan selalu ingin lebih tahu lebih banyak lagi tentang hal yang baru (termasuk agama baru)_. _*Manusia religius tidak akan terbelenggu oleh agama* maka ia tidak takut berdoa di rumah ibadah apapun (sesuai caranya sendiri), entah itu kelenteng, masjid, gereja, pura, vihara, dst, sebab ia paham bahwa_ *_Allah tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia juga akan selalu tertarik dan mengikuti perkembangan agama2 baru serta science yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar