Senin, 20 Agustus 2018

"Benarkah agana Islam mengajarkan kekerasan . . . ?"

~ BENARKAH AGAMA ISLAM MENGAJARKAN KEKERASAN? ~

Saya menyahut, “Benar.”

Apakah Anda terluka, atau tersinggung dengan jawaban saya?

Beberapa jam setelah peristiwa pemboman di tiga gereja di Surabaya, saya merasa tersinggung dengan kata-kata Din Syamsudin yang sewaktu itu berbicara untuk mewakili MUI. Dia meminta agar umat Kristen tidak terpancing dengan peristiwa ini.

Sebagai seorang Kristen, sekaligus sesama alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, saya ingin mengatakan bahwa “Umat Kristen sejati ialah sebagaimana diteladani murid-murid perdana Yesus Kristus. Mereka diajarkan oleh Yesus untuk memberi pengampunan 77 kali 7 kepada orang yang bersalah terhadap mereka. Sebuah hadis Islam mengutip ajaran ini bahwa Rasulullah Muhammad SAW juga mengajarkan agar memberi pengampunan 70 kali kepada orang yang bersalah terhadap kita.”

Kekristenan tidak dibangun di atas imperialisme dan kolonialisme, sampai abad ke-4 M ketika Kaisar Romawi memeluk Kristen dan menjadikannya sebagai agama negara demi ambisi kekuasaannya. Umat Kristen perdana yang dididik untuk mengampuni dan mengasihi menjadi sumber daya yang dianggap penting bagi kelanggengan kekuasaan Romawi, karena itu menjadikan Kristen sebagai agama yang diakui bahkan agama negara sebagai perlu dilakukan untuk mengendalikan umat Kristen sendiri.

Hal ini sangat berbeda dengan berdirinya agama Islam pada abad ke-7 M di tangan Dinasti Umayah, suatu dinasti pewaris klan yang dulunya paling keras menentang gerakan keagamaan dan kemanusiaan Muhammad. Begitu Muhammad dinyatakan wafat, dan jenazahnya belum dikuburkan untuk menunggu selesai masa Sabat, Konsili Tsaqifah sudah diadakan untuk menentukan patriark sesudah Muhammad. Apabila pada masa Muhammad perang dilakukan dalam rangka penyintasan dan perebutan kembali kampung halaman dari para penguasa yang melakukan kejahatan kemanusiaan, Khalifah kedua Umar mempelopori perang dalam rangka imperialisme Islam. Khalifah keempat Ali berupaya memulihkan dengan tidak melakukan segala bentuk penaklukan, tetapi ia hanya memerintah selama sekitar empat tahun. Para khalifah, kecuali Abu Bakar, dibunuh dengan keji. Hasan putra Ali yang diangkat sebagai penerus kepemimpinan spiritualnya diracun. Yang paling kejam dari semuanya, Husain putra Ali dan putra-putranya yang sedang berangkat mengungsi diblokade dari pasokan air ketika berada di Karbala, lalu dibunuh. Padahal, mereka adalah cucu dan cicit Muhammad sendiri.

Semua sejarah ini memang memilukan dan memalukan. Anda bisa menuduh saya seorang Syiah, atau seorang yang membenci Islam, setiap saya membagikan sejarah yang dapat ditemukan dalam hadis-hadis Sunni sendiri.

Ya, agama Islam mengajarkan kekerasan, bahkan bisa dikatakan mengajarkan kejahatan kemanusiaan. Mengapa Anda menyangkal ini? Mengapa Anda bersikukuh mengatakan bahwa sebagian besar teroris itu bukan beragama Islam dan yang dilakukan mereka tidak diajarkan agama Islam? Mengapa Anda berkata mereka tidak beragama atau tidak bertuhan? Mereka jelas-jelas bukan ateis dan atau agnostik. Juga, mereka bukan orang-orang Kristen yang memiliki semangat jihad kehilangan nyawa demi berdirinya negara Islam atau menghapus keberadaan orang-orang Non-Islam di dunia.  Saya tidak perlu bicara gerakan Kristen yang mendukung kejahatan kemanusiaan semacam itu, karena yang saya tahu (1) saya pernah mengikuti pengajian-pengaian Islam yang memang mengajarkan itu, dan (2) gerakan dan gereja Kristen yang disebut Radikal seperti Anabaptis justru anti kekerasan dan hidup eksklusif karena menolak wajib militer dan perang.

Saya tidak mengatakan bahwa Muhammad yang melakukan kekerasan dan mengajarkan kejahatan manusia. Dia tidak pernah melakukan kekerasan, kecuali kekerasan terhadap pelanggar kemanusiaan atau penjahat kemanusiaan. Jihad Muhammad jelas sangat berbeda dengan jihad mereka yang melakukan bom bunuh diri, yang menerapkan undang-undang syariat Islam yang zalim, dan seterusnya dan seterusnya, hal-hal yang sama sekali tidak humanis.

Anda mengatakan bukan agama yang salah, tetapi tafsir agama yang salah. Tetapi, apa yang Anda maksud dengan agama jika dalam pikiran Anda bahwa itulah yang harus dilakukan sebagai tanda Anda seorang yang beriman dan taat kepada Tuhan yang Anda imani?

Faktanya, tafsir agama ialah bagian dalam agama itu sendiri. Tafsir agama yang populer dianut menjadi citra dan identitas bagi agama itu sendiri. Ulama-ulamanya yang berfatwa menjadi marja'-marja' atau rujukan yang punya otoritas atau legitimasi. Saya tanyakan kepada Anda: Apakah yang Anda pahami dari kata “kafir” dan “mukmin”, adakah kata-kata itu merujuk kepada Non-Muslim dan Muslim? Apakah Muslim dalam Alquran yang Anda pahami ialah yang bersyahadat mengakui kenabian Muhammad atau kembali kepada makna spiritual sesuai etimologisnya?

Kekerasan dalam agama Islam dimulai dari adanya mazhab fikih yang paling banyak dianut di negara ini yang menganjurkan bayi-bayi perempuan dikhitan. Apakah ada urgensi dari khitan ini secara kesehatan maupun apakah Muhammad benar-benar menganjurkannya? Tentu saja untuk pertanyaan kedua, saya jawab TIDAK. Bahkan, khitan kepada anak lelaki juga suatu bentuk kekerasan yang dilegitimasi atas dasar keagamaan, tetapi ia masih memiliki nilai kesehatan karena pada masa lalu di negeri-negeri di mana air bersih sukar diperoleh, penyakit kelamin dapat dialami anak lelaki yang tidak memiliki akses air untuk membersihkan kemaluannya.

Kekerasan dalam agama Islam ditunjukkan pula dengan adanya dalil fikih dari hadis atau kitab fikih bahwa seorang murtad boleh dihukum mati. Dan, pengertian murtad selalu diartikan sebagai seorang yang keluar dari agama Islam. Apakah maksudnya ini? Jika tadi saya mengatakan saya seorang Kristen, meski pun gereja yang saya anut mengimani Muhammad, Ali dan 11 Imam, dan Alquran, dalam hukum ini maka darah saya halal untuk ditumpahkan. Apakah ini tidak disebut sebagai kekerasan?

Dalam dakwah Muhammad yang diabadikan dalam Alquran, Allah telah melarang murid-murid Muhammad dari merusak rumah-rumah ibadah dimana nama-nama Tuhan disebut. Tetapi, apa yang terjadi? Selalu ada pembenaran bagi sebagian Muslim, bukan hanya untuk membom atau merusak gereja, tetapi juga untuk menyegel gereja, dan menghambat orang-orang Kristen di banyak titik di negara ini dari beribadah sesuai imannya. Apakah Muhammad mengajarkan ini? Sebagai orang yang mengimani bahwa Muhammad ialah seorang Bani Israil yang mengimani Yesus Kristus – dengan kata lain seorang Kristen – saya dengan tegas meyakini Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan hal-hal itu.

Kekristenan Timur, khususnya Kekristenan Oriental yang populer dan menjadi arus utama di tempat Muhammad hidup mengenal salat bersujud pada tiga, lima, dan tujuh waktu salat. Ketika tiba waktu salat, saat Muhammad melakukan perundingan dengan para pastor Kristen, Muhammad mengizinkan mereka salat di mesjidnya. Dan, mesjid ialah nama untuk sinagog dalam bahasa Geetz, dan bahasa Armharic saat ini. Jadi, bilamana Kekristenan mengalihfungsikan sinagog kepada gereja, maka di kemudian hari agama Islam mengalihfungsikan sinagog kepada masjid.

Apa yang didakwahkan oleh Muhammad tidaklah lain merupakan warisan dan kelanjutan dari apa yang didakwahkan oleh Musa dan Yesus Kristus. Jika ia hadir untuk menyempurnakan warisan para leluhurnya, bukan berarti ia lebih baik daripada sebelumnya sehingga menganulir ajaran sebelumnya yang masih relevan, dan bukan berarti apa yang telah ia lakukan di kemudian hari tidak akan direduksi dan dikorupsi.

Tidak ada satu pun dari mereka berdakwah untuk melakukan kekerasan, melainkan kekerasan terhadap para pelanggar dan penjahat kemanusiaan. Perang yang dilakukan Bani Israil maupun Muhammad adalah bentuk penyintasan dari kekerasan yang melanggar kemanusiaan, maupun untuk mengakhiri kejahatan kemanusiaan itu sendiri. Semua itu tidak bermaksud untuk menumpas agama lain, membuat punah kebudayaan bangsa lain, atau menghilangkan nyawa manusia yang tidak sealiran dengan kita. Tetapi, pada kenyataannya, dalam sejarah anak-anak biologis maupun anak-anak spiritual Bani Israil, mereka berperang untuk menumpas aliran lain, dan untuk imperialisme-kolonialisme, maupun untuk membalas dendam.

Jika agama Islam bukanlah agama yang mengajarkan kekerasan, maka sebagaimana dicontohkan Yesus maupun Muhammad, tidak menegakkan hukum dimana para pelaku zina dicambuk ataupun dirajam. Ini adalah sangat kentara dan menyakitkan bahwa di negeri-negeri dimana syariat Islam ditegakkan, justru perempuan yang diperkosa-lah yang dicambuk atau dirajam, lalu pemerkosanya dibebaskan, atau keduanya dinikahkan. Apa namanya ini kalau bukan kekerasan? Kebenaran? Kemanusiaan? Memuliakan manusia?

Hukum Musa (Mosaic Law) yang merupakan ekstensi dari Dekalog (10 Firman Allah, Albaqarah 53), merupakan suatu warisan kode hukum tertua yang ditemukan di Mesopotamia yang telah disempurnakan oleh Musa dkk untuk konteks masanya, sehingga lebih berperikemanusiaan dan berperikeadilan dari hukum-hukum di sekitarnya yang populer seperti Hukum Assyria dan Kode Hammurabi. Hukum-hukum yang semula mengambil nyawa manusia yang melakukan pencurian, dan bentuk-bentuk lainnya yang kini dianggap tidak sesuai dengan HAM, disempurnakan dalam Hukum Musa sehingga hanya pembunuhan kepada manusialah atau ancaman bagi nyawa dan jiwa manusialah dapat diberi hukuman mati.

Yesus dan Muhammad hadir untuk memulihkan regulasi yang ditafsirkan secara melampaui batas dari Hukum Musa seperti hukuman mati bagi pelanggar Sabat, dan hukuman kepada pelaku zina, dan sebagainya.
Ketika banyak penafsir Alquran, dan banyak Muslim menggunakan hadis yang memaknai kekerasan-kekerasan semacam itu boleh dilakukan, bahkan harus dilakukan sebagai bentuk syariat Islam, maka mengapa menyangkal bahwa agama Islam tidak mengajarkan kekerasan? Para ulama dan mazhab-mazhab dalam Islam yang memiliki penafsiran yang berbeda bukan hanya kini tidak populer, tetapi juga disingkirkan dan dianggap bukan Islam. Lalu, siapa yang salah di sini?

Sebagai contoh, upaya yang dilakukan penerjemah Iran bernama Laleh atas ayat Alquran yang membenarkan suami memukul istrinya dengan memberi arti “memukul” yang bukan suatu pemukulan sama sekali. Mengapa banyak Muslim menganggap Laleh tidak cukup berkompeten untuk itu? Apakah mereka ingin tetap berapologi bahwa pemukulan itu tidak boleh keras? Ini aneh. Mana ada pemukulan yang tidak keras dan tidak menyakitkan?

Kekerasan juga dilakukan secara kejiwaan dalam ajaran yang mengatur seorang perempuan berpakaian. Tafsir lain dari ay

Sabtu, 18 Agustus 2018

"Agama berbasis kitab suci"

Dengan demikian, agama mempunyai keterbatasan yang cukup mencolok seperti disebutkan dalam kitab2 suci Al-Quran dan Injil. Misal dalam Al-Quran ditandaskan bahwa apabila semua ajaran Allah SWT dituliskan, maka tinta sebanyak samudera rayapun tidak akan mencukupi. Demikian pula dengan Injil yang menandaskan apabila semua ajaran Isa Almasih dituliskan maka dunia beserta isinya pun tidak akan bisa memuat. *Dikatakan bahwa Allah adalah Maha Besar atau Maha TAK TERBATAS; mana mungkin sesuatu yang Tak Terbatas (Allah, milyaran tahun) cukup dijelaskan oleh satu orang saja yang SANGAT TERBATAS (para nabi, yang umurnya mencpai k.l. 80 tahun). Jika Allah itu dari minus tak terhingga (alpha, tak tahu kapan awalnya) dan berakhir di plus terhingga (omega, tak tahu kapan berakhirnya), maka seorang manusia yang hidup di suatu range (daerah) umur yang sangat terbatas (katakan 80 tahun) adalah tidak mungkin menjelaskan secara tuntas sesuatu yang tak terhingga (milyaran tahun). Bumi dan universe sudah milyaran tahun, dan masih milyaran tahun lagi, maka seribu, sejuta atau bahkan semilyar nabi disertai ilmuwan tidak akan pernah selesai mempelajari universe dan Allah! Jadi, ke" "Mahabesaran Allah" tidak mungkin cukup diwadahi dalam buku setebal/setipis kitab suci. Ke "Mahabesaran Allah"* juga tercermin pada luas dan dalamnya ilmu pengetahuan. Pemahaman akan Allah belum selesai dan tidak akan pernah selesai. Banyak orang bijak berkata: *bukan agama yang dicari, melainkan kitab sucinya sebagai sumber agama yang dicari dan bukan kitab suci yang sangat terbatas itu yang dicari melainkan kebenaran atau Allah yang selalu dicari* Kitab suci (yang tipis sekali) beserta para nabinya adalah sangat terbatas seperti ditandaskan sendiri dalam ayat2 nya seperti telah diuraikan diatas. Disamping itu, para nabi tsb. hidup dimasa lampau dan singkat (puluhan tahun), sedangkan Allah beserta kebenaran-Nya adalah tidak terbatas waktu dan tempat serta mengacu kemasa depan (s/d saat ini saja, *bumi diduga sudah 13 milyaran tahun umurnya). Sebagai gambaran KEMAHABESARAN ALLAH*;  Seorang ahli komputer merumuskan suatu hukum yang disebut hukum *"Moore"*; ia menyatakan bahwa *setiap delapan belas bulan akan terjadi lompatan teknologi dibidang teknologi informasi*. Ia benar, ternyata komputer berkembang dari XT, AT, …., Pentium 4; demikian pula software: dari DOS, Windows 98_, _Windows XP. Manusia pun terus berkembang, dari jaman batu s/d jaman ini yang ditandai teknologi informasi dan rekayasa genetika_. _Ilmu Fisika tidak hanya berhenti pada hukum gravitasi Newton, melainkan terus berkembang misalnya teori relativitas Einstein, teori big- bang, teori fusi, cloning, nano technology, dst_. _Buku ensiklopedi yang ber-jilid2 dan tebal sekali, setiap tahun harus di up-date, mengingat hampir setiap hari ada penemuan baru di laboratorium riset di seantero dunia_. _Kalau ilmu pengetahuan, komputer berikut softwarenya, dan ensiklopedi beserta manusia penciptanya saja berkembang terus menerus dan secara cepat, apalagi Allah YME_ _Oleh sebab itu, Allah beserta kebenaran-Nya adalah dinamis, bukan statis, serta lebih banyak bergerak mengacu ke masa depan, dan tidak terlampau sering menoleh kebelakang; dengan demikian Allah adalah bukan milik atau dominasi sesuatu agama (yang seolah-olah hanya berbasis sesaat dimasa lampau), melainkan milik ruang dan waktu yang tidak terbatas dan tidak terhingga_. _Agama yang baik akan selalu ingin mencari tahu rahasia Allah yang belum terkuak; bukannya terus-menerus membelenggu, membatasi atau melecehkan Allah dengan mengatakan_: _Untuk mempelajari dan menghapalkan ke Maha Besaran Allah yang Tak Terbataskan, cukup melalui satu buku tipis saja yang disebut kitab suci; Allah itu cukup PC XT titik (statis) bukan Pentium 5 beserta penerusnya (Pentium X, dinamis, tak tahu s/d seri berapa nanti)_. _*Allah itu cukup DOS bukan Windows XP, Allah itu cukup jaman dulu dan tidak punya masa depan*_. _Agama yang negatip hanya berkutat pada nabi2 nya yang sudah dahulu kala, dan menganggap pemahaman terhadap Allah sudah dianggap selesai_. _Kemudian nabi utamanya begitu di-besar2 kan seringkali melebihi Allah itu sendiri, sehingga agama menjadi Maha Tak Terbatas (mengenal Allah cukup dengan belajar satu agama saja)*, _sedangkan Allah menjadi Maha Terbatas (cukup dijelaskan oleh satu kitab suci setebal kurang lebih 1000 halaman). Pusat ibadat dan puja-puji lalu diarahkan kepada nabi2 nya. Umat beragama lalu malas membaca hal2 yang baru terutama science, sehingga menjadi terbelakang dalam berbagai segi kebudayaan_. _Agama ditilik dari sisi organisasi dapat berbeda tujuan dengan kitab suci sumber agama itu sendiri. Kitab suci sudah menandaskan dan menyadari keterbatasan dirinya (buku setipis itu), dan KETIDAK terbatasan Allah; sedangkan agama dilihat dari sisi organisasi, terus menerus mengatakan_ *“Pelajaran tentang Allah sudah selesai, yaitu Kitab suci KITA, jadi jangan membaca kitab suci yang LAIN, apalagi pindah agama, tetaplah taat-setia kepada agamamu (=KAMI, para pengurus organisasi agama)”*. _Oleh agama yang statis-beku-kaku, kita bagaikan diminta untuk terus menerus menggunakan komputer XT dengan DOS, dan dilarang mempelajari atau menggunakan komputer Pentium 5 dengan WINDOWS XP atau LINUX, kita bagaikan diminta untuk terus menerus mempelajari hukum Newton, dan dilarang mempelajari fisika modern_. _Jadi, agama yang kaku, beku, statis justru membatasi Allah dan membatasi sesama manusia (ter-sekat2 atas nama agama) serta justru dapat menjadi sumber krisis kebudayaan_. _*Agama yang baik diharapkan menghasilkan manusia yang religius,* sekaligus cerdas dan selalu ingin lebih tahu lebih banyak lagi tentang hal yang baru (termasuk agama baru)_. _*Manusia religius tidak akan terbelenggu oleh agama* maka ia tidak takut berdoa di rumah ibadah apapun (sesuai caranya sendiri), entah itu kelenteng, masjid, gereja, pura, vihara, dst, sebab ia paham bahwa_ *_Allah tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia juga akan selalu tertarik dan mengikuti perkembangan agama2 baru serta science yang baru.